Halaman

Jumat, 23 September 2011

WUJUD SIFAT HAKEKAT MANUSIA

  1. Kemampuan Menyadari Diri
Kaum Rasionalisme menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri yang khas atau karakteristik diri. Hal ini yang menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan yang lain. Bahkan bukan hanya membedakan, lebih dari itu manusia bisa membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya. Kemampuan membuat jarak ini berarah ganda yaitu arah keluar dan arah kedalam. Dengan arah keluar, individu memandang dan menjadikan lingkungan sebagai obyek, selnajutnya individu memanipulasi ke dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. Puncak aktifitas yang mengarah keluar ini dipandang sebagai gejala egoisme. Dengan arah ke dalam, individu memberi status kepada lingkungannya sebagai subjek yang berhadapan dengan individu sebagai obyek yang isinya adalah pengabdian, pengorbanan dan tenggang rasa. Gejala ini lazimnya dipandang oleh masyarakat sebagai sesuatu yang terpuji. Pengembangan arah keluar merupakan pembinaan aspek sosial, sedangkan pengembangan arah ke dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.
Di sinilah kita jelas dapat membedakan diri manusia dengan hewan. Karena kita sebagai manusia telah dikaruniai akal untuk memikirkan siapan manusia itu sendiri. Sedangkan hewan tidak dikaruniai akal sehingga dia tidak bisa memikirkan dirinya karena itulah manusia dikatakan mahluk yang paling sempurna.
b.      Kemampuan Bereksistensi
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kemampuan untuk menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemempuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut dengan kemempuan bereksistensi. Jika seandainya pada diri amnesia tidak terdapat kebebasan atau kemampuan bereksisitensi, maka manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar esensi belaka, artinya ada hanya sekedar berada dan tidak pernah mengada atau bereksisitensi.
Adanya kemampuan bereksistensi inilah pula yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku makhluk infra human, di mana hewan menjadi onderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manajer terhadap lingkungan.  Artinya hewan hanya sebagai alasan dari lingkungannya dan sedangkan manusia sebagai alasan dari selebihnya (dalam mengelolahnya).
Sebagai contoh manusia membajak sawah menggunakan kerbau. Manusia sebagai manajer memanfaatkan tenaga kerbau untuk mengolah tanah.
c.       Memiliki Kata Hati (Eweten Concience Of Man)
Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan moral, kata hati merupakan petunjuk bagi moral/ perbuatan. Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian moral yang didasari oleh kata hati yang tajam.
d.      Moral
Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar baik bagi manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi atau luhur. Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk, lazimnya disebut tidak bermoral.
e.       Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, oleh masyarakat, oleh agama-agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Dan uraian ini menjadi jelas betapa pentingnya pendidikan moral bagi peserta didik baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
Wujud tanggung jawab adalah :
1. Tanggung jawab pada diri sendiri, berarti menanggung tuntutan kata hati.
2. Tanggung jawab kepada masyarakat, berarti menggung semua aturan yang ditetapkan dalam masyarakat.
3. Tanggung jawab kepada Sang Pencipta/Kepada TUHAN, apabilas seseorang telah melakukan dosa bahwa dia merasa dirinya memiliki kehilafan kepadanya.

f.       Mempunyai Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu). Tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang kelihatanya saling bertentangan yaitu “rasa bebas” dan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Bebas artinya berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia.
Orang merasakan adanya kebebasan batin, apabila ikatan yang ada telah menyatu dirinya dan menjiwai segenap perbuatanya. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya), sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya yaitu yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia karena perbuatan itu seperti tidak sulit atau siap sedia untuk dipertanggung jawabkan dan tidak sedikit menimbulkan kekhawatiran.
g.      Kewajiban dan Hak
Tidak ada hak tanpa kewajiban karena untuk menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut. Hak pada dasarnya adalah sesuatu yang masih kosong artinya meskipun hak tentang sesuatu ada, belum tentu seseorang itu mengetahuinya (misalnya Hak memperoleh perlindungan Hukum). Kewajiban bukan merupakan beban bagi manusia melainkan keniscayaan artinya selama seseorang itu menyebut dirinya manusiadan dia mau dipandang sebagai manusia, maka kewajiban itu menjadi keniscayaan bagi dirinya. Kewajiban adalah suatu keluruhan.


h.      Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan penghayatan hidup karena kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia dengan kata lain kebahagiaan merupakan integrasi/rentetan dari sejumlah kesenangan, bahwa kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya terhimpun dari pengalaman-pengalamanyang menyenangkan.
Jadi kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaannya sendiri secara factual (lulus) atau pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaanyang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut dalam rangkaian, atau ikatan tiga hal yaitu: usaha norma-norma dan takdir, yang dimaksud dengan usaha adalah perjuangan yang terus menerus untuk mengatasi masalah hidup, sedangkan takdir adalah rangkaian yang tak terpisahkan dalam proses terjadinya kebahagiaan. Ada 2 hal yang dapat dikembangkan agar kebahagiaan itu dapat diusahakan peningkatannya antara lain:
a. Kemampuan berusaha
b. Kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar